Sejarah Kampung Dumaring

Kampung Dumaring merupakan salah satu kampung tua yang berada di pesisir Selatan Kabupaten Berau provinsi Kalimantan Timur. Beragam suku dan etnis menghuni kampung ini diantaranya suku dayak, bugis, mandar, timor, jawa, makassar, banua dan bajau. Beragam suku budaya telah membawa konsekuensi adat dan budaya serta agama yang dianutnya seperti islam, katolik dan protestan. Secara landskap kampung Dumaring dikelilingi kawasan hutan dan laut, yang menjadikan kampung ini kaya akan sumber-sumber penghidupan masyarakat.
Kampung Dumaring sudah ada sejak Indonesia belum merdeka sekitar tahun 1790 m, dilihat dari susunan pemerintah kampung atau tetua kampung pada masa kesultanan Raja Alam (Sultan Alimuddin) yang merupakan Sultan pertama kerajaan Sambaliung.
Pada masa itu Raja Alam menguasai dari Sambaliung sampai daerah pesisir Selatan Tanjung Mangkaliat. Dan wilayah darat sampai ke Gunung Bariun yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Timur. Dalam sejarahnya Kampung Dumaring merupakan benteng pertahanan Sambaliung dalam melawan penjajahan Belanda pada tahun 1810 sampai dengan 1831 yang dibuktikan dengan adanya benteng baginda berlokasi di pinggir pantai Dumaring ditepian Sungai Bakil.
Pada masa itu dengan dibantu suku asli Dumaring (Dayak Baluy dan Asi’i), bugis, solok Raja alam melakukan pertempuran sengit melawan belanda untuk mempertahankan daerahnya. Kampung Dumaring dinyatakan ada sebelum masa pemerintahan Raja Alam dapat dibuktikan dengan adanya tokoh-tokoh adat dan pembagian wilayah seperti; tanah Asati, Medang Panguyut, Dabirung, Aguttumpit, Bidayan dan Petung.
Beberapa tokoh pendiri kampung Dumaring sebelum Indonesia merdeka antara lain:
- Baddit Dibulu Kuning
- Bunsu Bulu Kuning
- Nini Lagi
- Nini Pakil
- Nini Balubuh
- Nini Sandar
- Nini Bala
- Nini Benitan (yang diberi gelar Angga Pahlawan) oleh Raja Alam
- Nini Insen
- Nini Maninggi Raja
- Nini Sari Raja
- Nini Pati raja
- Nini Singa Mangku Perdana
- Nini Singa Bingkua
- Nini Singa Rambunai
- Nini Singa Bulu Ara
- Nini Panglima Ma’Agenggam
- Nini Panglima Agentar
- Nini Panglima Kapelai
- Nini Panglima Jerrung
Dan pada tahun 1790 terbentuklah sistem susunan pemerintahan yaitu lurah atau kepala kampung dulu disebut pembakal adalah;
- Nini Tulung Semuluk (Nini Semut) mulai tahun 1790 – 1830
- Nini Bulus mulai tahun 1830 – 1865
- Nini Uang mulai tahun 1865-1890
- Nini Jau mulai tahun 1890 – 1920
- Nini Ajang mulai tahun 1920 – 1930
- Nini Issek mulai tahun 1930 – 1941
- Nini Siang mulai tahun 1941 – 1945
- Nini Amin mulai tahun 1945 – 1965
- Nini Nia/Nasar mulai tahun 1965 – 1966
- Nini Amin mulai tahun 1966 -1975
- Petrus Umar mulai tahun 1976 – 1993
- Jang Murat Muda mulai tahun 1993 – 1995
- Kirun mulai tahun 1995 – 1997
- Suardi mulai tahun 1997 – 2005
- Abdul Muin mulai tahun 2005 – 2010
- Salehuddin mulai tahun 2011 – sekarang
Gambar-1 Peta Kalimantan 1950 cetakan Blackie & Son th.1859
Pertama kali penduduk asli Dumaring bermukim di daerah Galang Biduk. Pemukiman kemudian berpindah ke daerah Tulung Lumbung pada masa pemerintahan Nini Siang (1941 – 1945). Lokasi pemukiman di pindahkan ke pinggir Sungai Dumaring yang namanya Libahu Muntui atau rumah putih. Setelah masa jabatannya berakhir kemudian diganti oleh Nini Amin atau pembakal Amin. Pada masa pemerintahan pembakal Amin beserta beberapa tokoh adat (Bujang Barik, Bujang Bungul, Bujang Luat, Bujang Bangkung, Bujang Ayun) memindahkan pemukiman dari Libahu Muntui ke tepian Limau yang sekarang dinamakan Kampung Dumaring. Pemindahan tersebut dimaksudkan supaya lebih dekat dengan daerah pantai, karena dianggap sumber mencari makanan dan tempat mengambil daun nipah untuk atap rumah.
Setelah masa jabatan Nini Amin berakhir pada tahun 1965, kemudian digantikan oleh Nini Nia/ Nasar (1965 -1966) atas musyawarah kampung yang dilakukan tetua adat. Musyawarah tersebut menghasilkan keputusan bahwa Nini Amin terpilih kembali sebagai kepala kampung (Pembakal) dari tahun 1967 sampai tahun 1975. Kemudian pada tahun 1975 Petrus Umar menggantikan pemerintahan Nini Amin dengan masa jabatannya mulai tahun 1975 – 1993. Pada masa jabatan Petrus Umar masuk program pemerintahan Indonesia yaitu transmigrasi. Ditinjau dari segi luasan wilayah maka pemerintah pusat memutuskan melaksanakan program transmigrasi pada tahun 1990 dengan memekarjan Kampung Dumaring menjadi 6 Satuan Permukiman (SP) yaitu:
- SP 1 Kampung Campur Sari
- SP 2 Kampung Bumi Jaya
- SP 3 Kampung Tunggal Bumi
- SP 2 baru Kampung Eka Sapta
- SP 3 baru Kampung Suka Muria
- SP 4 baru Kampung Purnasari Jaya
Dan pada tahun 2010, pada masa jabatan Abdul Muin terjadi pemekaran lagi di RT 004 dan RT 005 menjadi Kampung Capuak. Pemekaran dimaksudkan untuk memperpendek jarak administrasi dengan jumlah penyebaran penduduk sudah memenuhi syarat untuk dimekarkan menjadi kampung definitif. Pada tahun 2011 batas kampung disepakati dan berdiri secara resmi dengan ditunjukannya pelaksana tugas kepala kampung yaitu M. Arifin selama satu (1) tahun. Dari beberapa peristiwa pemekaran yang telah terjadi maka Kampung Dumaring menjadi kampung induk dari kampung sekitar yang saat ini sudah definitif kampung masing-masing.
Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin